Travel Journal

LEANG-LEANG;  Mesin Waktu Menuju ke Masa Lampau & Wisata Ramah Disabilitas

Taman Batu (Pinacle Karst) di Kawasan Taman Arkeologi Leang-Leang.

Deretan pegunungan karst membentang indah menemani kami di sepanjang perjalanan menuju Leang-Leang, Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Beberapa kerumunan kerbau tampak merumput di sawah yang mulai kering. Rumah-rumah bergaya arsitektur tradisional khas suku Bugis semakin mempercantik alam kawasan Leang-Leang. Kendaraan kami melaju menembus cahaya matahari siang yang begitu terik. Cahayanya tampak menyorot dari celah-celah jendela mobil. Jam terlihat saat itu menunjukkan pukul 2 siang. Saya bersama-sama dengan para Delegasi AHLF 2023 ( ASEAN High Level Forum) dan tamu undangan memasuki area pintu gerbang obyek wisata Leang-Leang. Suasananya begitu teduh karena banyak ditumbuhi pepohonan.  

            Taman Arkeologi Leang-Leang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, taman ini menyajikan tinggalan masa lampau yang dapat menjadi sarana untuk belajar kehidupan prasejarah. ‘Leang-Leang’ berasal dari bahasa lokal yang berati Gua, maka tak heran di kawasan Leang-Leang terdapat ratusan Gua serta sejumlah lukisan dan peninggalan manusia prasejarah yang diperkirakan telah menghuni selama 3.000-8.000 SM. 

            Tidak jauh tempat parkir terlihat sebuah bangunan unik berbentuk segitiga yang ternyata merupakan Pusat Informasi situs Leang-Leang. Bentuk segitiga pada bangunan Pusat Informasi tersebut menyerupai atap rumah tradisional Bugis Makassar.  Jalan menuju bangunan sangatlah ramah disabilitas karena dekat dari lokasi parkir. Selain itu adanya ‘ramp‘ atau lintasan ramah disabilitas yang dilengkapi pegangan rambatan di beberapa titik dapat memudahkan teman-teman disabilitas yang menggunakan kursi roda. Bagian dalam bangunan terdapat informasi lengkap mengenai Kawasan Leang-Leang. Saya begitu takjub melihat berbagai macam gambar foto dan instalasi yang apik. Salah satunya Instalasi Spiky Haired Woman karya Seniman Amerika yang terinspirasi dari penemuan lukisan di dalam dinding Gua Jing / Leang Jing. Selain itu juga terdapat replika kerangka tubuh manusia prasejarah yang tingginya hampir 2 meter. Adapula penemuan perkakas dan batu berbentuk lempengan yang biasa digunakan manusia purba untuk berburu. 

Bangunan Pusat Informasi Taman Arkeologi Leang-Leang

Keluar dari bangunan Pusat Informasi Situs Leang-Leang kami menapaki jalur menuju Taman Batu (Pinacle Karst). Pemandangan bebatuan jenis karst berwarna gelap mencuat dari tanah dengan hiasan rumput yang hijau membuatnya terlihat begitu kontras. Untuk menuju spot Taman Batu sudah terdapat jalur bertekstur lumayan kasar yang dapat dilewati menggunakan kursi roda sehingga jalur tidak licin disaat musim penghujan. Teman-teman penyandang disabilitas dapat berkeliling dan berfoto pada spot-spot kompleks Taman Batu. Dari jauh pun terdengar suara dari Audio Guide yang menjelaskan tentang keunikan Taman Arkeologi Leang-Leang. Audio Guide tersebut memang sengaja diperdengarkan untuk teman-teman penyandang disabilitas netra. Terdapat pula beberapa titik toilet yang ramah disabilitas. Semua fasilitas penunjang yang terdapat di Taman Arkeologi Leang-Leang (kecuali akses masuk ke dalam Gua Pattae dan Pattae Kere) memang dibuat agar mudah diakses dan ramah bagi penyandang disabilitas. 

Terdapat jalur yang ramah untuk penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda

Toilet Khusus bagi Penyandang Disabilitas

Dari Taman Batu saya melanjutkan perjalanan berkeliling menuju ke Gua Pettae/ Leang Pettae, Begitu tiba di mulut Gua dengan lebar 12 meter, tampak tersebar serpihan kulit kerang pada pelataran Gua yang diperkirakan sebagai sampah dapur. Hal ini menunjukkan bahwa kerang-kerang juga konsumsi oleh manusia purba kala itu. Saya kebetulan ditemani oleh seorang Pemandu dari Taman Arkeologi Leang-Leang untuk melihat lukisan di dalam Gua. Saat di dalam terlihat jelas dengan bantuan pencahayaan. Di sana terdapat beberapa lukisan stensil bewarna merah berbentuk telapak tangan, dan babi rusa yang sedang melompat dengan panah di jantungnya. “Jadi disini lah tempat pertama kalinya ditemukan beberapa lukisan purba, Lukisan tersebut berada di dinding Gua yang dibuat dengan pewarna alami dari tanah merah dan getah pepohonan sehingga dapat bertahan selama ribuan tahun” kata seorang Pemandu.  

Lukisan purba telapak tangan di Gua Pettae.
Menikmati keindahan bentang alam Leang-Leang

Kawasan Leang-Leang mempunyai nilai ilmu pengetahuan bernilai tinggi. Leang-Leang tak ubahnya seperti mesin waktu yang layak diinikmati oleh siapapun yang ingin merasakan sensasi purba. Maka dari itu keterbatasan fisik tidak menutup kesempatan bagi teman disabilitas untuk mengakses dan menikmati keindahan bentang alamnya, karena memang sudah selayaknya mereka mendapatkan hak yang sama sebagaimana pengunjung lainnya yang dapat bekegiatan dengan mudah, nyaman dan aman di berbagai tempat wisata, khususnya Taman Arekeologi Leang-Leang. 

Taman Arkeologi Leang-Leang

Leang-Leang, Kec. Bantimurung, Kabupaten Maros,

Sulawesi Selatan 90561

Jam Operasional : 07.30-17.00 

HTM: 15.000 / orang

web: bpcbsulsel.id 

Leave a comment